Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah financial ratio ialah sebagai alat analisis untuk membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu.
Rasio keuangan memiliki dua pengguna utama, investor dan manajemen. Manajemen menggunakan rasio keuangan untuk menentukan seberapa baik kinerja perusahaan mereka untuk mengevaluasi kemana perusahaan dapat memperbaiki diri.
Misalnya, jika perusahaan memiliki margin kotor yang rendah, manajer dapat mengevaluasi bagaimana meningkatkan margin kotor mereka. Investor menggunakan rasio keuangan untuk melihat apakah perusahaan itu investasi yang bagus. Dengan membandingkan rasio keuangan antara perusahaan dan antar industri, investor dapat lebih menentukan investasi terbaik.
Manfaat Rasio Keuangan
- Untuk menentukan seberapa baik kinerja perusahaan mereka untuk mengevaluasi kemana perusahaan dapat memperbaiki diri. Misalnya, jika perusahaan memiliki margin kotor yang rendah, manajer dapat mengevaluasi bagaimana meningkatkan margin kotor mereka.
- Untuk melihat apakah perusahaan itu investasi yang bagus. Dengan membandingkan rasio keuangan antara perusahaan dan antar industri, investor dapat lebih menentukan investasi terbaik.
Jenis-Jenis Rasio Keuangan
1. EARNING RATIO
PER (Price to Earning Ratio)
PER (Price to Earning Ratio)
Price Earning Ratio adalah harga suatu saham dibagi dengan EPSnya. Rasio ini mengitung kemampuan perusahaan menghasikan laba. Semakin kecil PER saham suatu perusahaan akan semakin baik untuk dibeli, karena itu berarti kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba makin bagus.
Rumusnya : PER = harga saham ÷ laba per saham
DPS ( Dividen Per Share)
Dividen Per Share merupakan pembagian sisa laba perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
Rumusnya : Jumlah dividen yg dibayarkan ÷ jumlah lembar saham
EPS (Earning Per Share)
Ratio Earning Per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Merupakan ratio yang menunjukan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Dalam perhitungan EPS, terdapat dua jenis EPS, yaitu :
a. EPS Historis
EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku yang telah lampau. EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada masa lampau
b. EPS Proyektif
a. EPS Historis
EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku yang telah lampau. EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada masa lampau
b. EPS Proyektif
EPS yang diperkirakan akan terjadi dengan asuransi sesuai dengan proyeksi kinerja emiten. Laba per lembar saham yang dapat dihitung dengan rumus :
Rumusnya : EPS = Laba setelah pajak ÷ jumlah saham yang beredar
BPVS (Book Value Per Share)
Book Value Per Share adalah jumlah rupiah yang menajdi milik tiap-tiap lembar saham dalam modalh perusahaan. Nilai buku ini adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham pada waktu pembubaran likuiditas perusahaan, jika aktiva dapat dijual sebesar nilai bukunya.
Rumusnya : BPVS = jumlah modal ÷ jumlah lembar saham yang beredar
CFPS (Cash Flow Per Share)
Cash Flow Per Share adalah aliran kas perusahaan dapat dihitung dengan membagi arus kas yang beredar dalam periode pelaporan tertentu (biasanya triwulan atau tahunan) dengan jumlah total saham yang beredar selama periode yang sama. Semakin besar angka ini artinya perusahaan tersebut semakin sehat. Karena jumlah kas yang ada diperusahaan tersebut dapat menutupi semua saham yang beredar. Ini umumnya cukup sulit tercapai jika perusahaan tersebut selalu menjual secara kredit. Karena walaupun aset ataupun keuntungan yang tercatat di pembukuan jumlahnya besar, namun kenyataannya sebagian kas belum ada di tangan perusahaan tersebut. Tentu saja ini bukan masalah jika perusaahan mempunyai manajemen yang baik terhadap hutang piutangnya.
Rumusnya : CFPS = arus kas - dividen pilihan ÷ jumlah saham yang beredar
CEPS (Cash Equivalents Per Share)
Cash Equivalents Per Share adalah arus kas bebas resiko yang dianggap investor setara dengan arus kas yang lebih tinggi namun beresiko
Rumusnya : CEPS = arus kas yang diharapkan ÷ 1 + premi risiko
NAVS (Net Asset Per Share)
Rumusnya : BPVS = jumlah modal ÷ jumlah lembar saham yang beredar
CFPS (Cash Flow Per Share)
Cash Flow Per Share adalah aliran kas perusahaan dapat dihitung dengan membagi arus kas yang beredar dalam periode pelaporan tertentu (biasanya triwulan atau tahunan) dengan jumlah total saham yang beredar selama periode yang sama. Semakin besar angka ini artinya perusahaan tersebut semakin sehat. Karena jumlah kas yang ada diperusahaan tersebut dapat menutupi semua saham yang beredar. Ini umumnya cukup sulit tercapai jika perusahaan tersebut selalu menjual secara kredit. Karena walaupun aset ataupun keuntungan yang tercatat di pembukuan jumlahnya besar, namun kenyataannya sebagian kas belum ada di tangan perusahaan tersebut. Tentu saja ini bukan masalah jika perusaahan mempunyai manajemen yang baik terhadap hutang piutangnya.
Rumusnya : CFPS = arus kas - dividen pilihan ÷ jumlah saham yang beredar
CEPS (Cash Equivalents Per Share)
Cash Equivalents Per Share adalah arus kas bebas resiko yang dianggap investor setara dengan arus kas yang lebih tinggi namun beresiko
Rumusnya : CEPS = arus kas yang diharapkan ÷ 1 + premi risiko
NAVS (Net Asset Per Share)
Net Asset Per Share adalah sebuah ekspresi untuk nilai aset bersih yang mewakili nilai per saham dari reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) atau dana tertutup. Ini dihitung dengan membagi total nilai aset bersih dari dana atau perusahaan dengan jumlah saham yang beredar.
Rumusnya : NAVS = Nilai Aktiva Bersih (NAB) ÷ jumlah Saham Beredar
2. VOLUTION RATIO
PER (Price to Earning Ratio)
Price Earning Ratio adalah harga suatu saham dibagi dengan EPSnya. Rasio ini mengitung kemampuan perusahaan menghasikan laba. Semakin kecil PER saham suatu perusahaan akan semakin baik untuk dibeli, karena itu berarti kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba makin bagus.
Rumusnya : PER = harga saham ÷ laba per saham
PBVR (Price Book Value Ratio)
Price to Book Value didefinisikan sebagai harga (pasar) suatu saham dibagi dengan book valuenya. Jadi kita bisa mengatakan harga saham disektor yang sama, apabila harga PBVnya lebih rendah maka kita bisa mengatakan harga sahamnya murah walaupun harga pasarnya mahal. Memang PBV tidak memperhitungkan kinerja perusahaan tersebut kedepannya, namun setidaknya bila kita melihat PBV suat saham yang berkinerja baik sangat murah dibanding saham-saham lain pada sektor yang sama maka harga saham itu memiliki potensi untuk naik di masa datang, sehingga layak untuk dibeli.
Rumusnya : PBVR = harga saham ÷ nilai buku per lembar saham
PCFR (Price Cah Flow Ratio)
Price Cash Flow Ratio digunakan investor untuk mengevaluasi daya tarik investasi, dari sudut pangang sebuah saham perusahaan. Pengukuran ini membandingkan harga pasar saham terhadap jumlah aliran kas yang dihasilkan per saham perusahaan. Rasio ini mirip dengan price earning ratio hanya saja rasio price/cash flow (P/CF) kerap dipandang lebih bisa diandalkan ketimbang earning per share untuk mengevaluasi akseptabilitas, atau kekurangan, harga saham berlaku. Argumen untuk menggunakan aliran kas ketimbang earning adalah karena aliran kas tak mudah dimanipulasi. Tak seperti aliran kas, earning terpengaruh oleh depresiasi dan faktor non-tunai lainnya.
Rumusnya : PCFR = harga saham ÷ arus kas per saham
PCFR (Price Cah Flow Ratio)
Price Cash Flow Ratio digunakan investor untuk mengevaluasi daya tarik investasi, dari sudut pangang sebuah saham perusahaan. Pengukuran ini membandingkan harga pasar saham terhadap jumlah aliran kas yang dihasilkan per saham perusahaan. Rasio ini mirip dengan price earning ratio hanya saja rasio price/cash flow (P/CF) kerap dipandang lebih bisa diandalkan ketimbang earning per share untuk mengevaluasi akseptabilitas, atau kekurangan, harga saham berlaku. Argumen untuk menggunakan aliran kas ketimbang earning adalah karena aliran kas tak mudah dimanipulasi. Tak seperti aliran kas, earning terpengaruh oleh depresiasi dan faktor non-tunai lainnya.
Rumusnya : PCFR = harga saham ÷ arus kas per saham
3. PROFITABILITY RATIO
OPM (Operating Profit Margin)
Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur strategi harga dan efisiensi operasional sebuah perusahaan.
Rumusnya : OPM = laba Operasional ÷ Penjualan Bersih
NPM (Net Profit Margin)
Net Profit Margin adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan.
Net Profit Margin adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan.
Rumusnya : NPM = laba bersih setelah pajak ÷ penjualan
EBIT (Earning Before Interest and Tax)
Earning Before Interest and Tax adalah ukuran profitabilitas entitas yang tidak memasukkan beban bunga dan pajak penghasilan. bunga dan pajak di kecualikan karena mereka termasuk pengaruh fakor lain selain profitabilitas operasi.
Earning Before Interest and Tax adalah ukuran profitabilitas entitas yang tidak memasukkan beban bunga dan pajak penghasilan. bunga dan pajak di kecualikan karena mereka termasuk pengaruh fakor lain selain profitabilitas operasi.
Rumusnya : EBIT = pendapatan - biaya operasinal
ROE ( Return on Equity Ratio)
Return on Equity Ratio adalah rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.
Return on Equity Ratio adalah rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.
Rumusnya : ROE = laba bersih setelah pajak ÷ ekuitas pemegang saham
ROA (Return on Assets Ratio)
Return On Assets Ratio adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.
Return On Assets Ratio adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.
Rumusnya : ROA = laba bersih ÷ total aset
4. LIQUIDITY RATIO
DER (Debt to Equity Ratio)
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang membandingkan jumlah Hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi angka DER maka diasumsika perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya.
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang membandingkan jumlah Hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi angka DER maka diasumsika perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya.
Rumusnya : DER = Total Hutang
Total Ekuitas
Total Hutang = Hutang lancar + Hutang jangka Panjang
Komentar
Posting Komentar